DAULAH ISLAMIAH
BAGIAN 5: IMAMAH SESUNGGUHNYA
Dari pembahasan sebelumnya, kita ketahui bahwa Daulah Islamiah di Irak dan Syam merupakan yang
paling layak –dengan pertolongan Allah‐ untuk mendapatkan kedudukan imamah secara penuh di tempat mereka berada.
Yang demikian karena Daulah telah melaksanakan perintah Allah –semampu yang dia lakukan‐ dengan sebaik‐baiknya. Mereka menjalankan agama di tempat mereka berkuasa dan terus berusaha sekuat mungkin.
Itu semua setelah Allah mengaruniakan kepada pemimpinnya dengan jihad dan hijrah di jalan‐Nya, di samping atas kemulian nasabnya yang menonjol dan ketajaman akal, serta kedudukan yang tinggi dalam ilmu dan agama.
Maka tidak ada seorang pun, siapa pun dia, yang berhak untuk merobohkan bangunan ini, yang telah bertahun‐tahun dibangun dan ditinggikan oleh orang‐orang jujur dari umat ini. Dan janganlah bermimpi seorang pun, walau dia memiliki keutamaan dan jasa, untuk menjinakkan seorang tentara yang ikhlas, dari tentara‐tentara Daulah Islamiah, untuk mundur dari misinya, demi beralih ke misi lainnya yang penuh syubhat, atau yang lainnya. Bahkan amirul mukminin sendiri tidak berhak hari ini,
untuk memerintahkan pembubaran Daulah Islamiah dan mengembalikan keadaan seperti sebelumnya, (namun yang bisa dilakukan olehnya – menurut salah satu pendapat ulama – ia boleh mengundurkan dirinya sendiri, sehingga ketika itu Ahlul Halli wal Aqdi di Daulah Islamiah akan menunjuk imam yang
baru, dan Daulah Islamiah tetap eksis.)
Allah telah berfirman setelah mengaruniakan kepada Ibrahim Alaihissalam dengan imamah; “Dan barangsiapa yang membenci agama Ibrahim, dia hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh, Kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk
orang‐orang yang saleh” (QS. Al‐Baqarah: 130).
Maka kita ketahui dari bentuk ayat di atas bahwa Imamah merupakan bagian dari Millah Ibrahim, dan orang yang membencinya berarti telah membenci bagian dari millah agung ini. Dan millah adalah jalan yang mesti diikuti secara mutlak, jalan yang telah dipilih oleh Allah bagi Ibrahim dan keturunannya, dan orang‐orang yang setelahnya, dia adalah jalan imamah dengan dua jenisnya bagi siapa yang
mampu ke arah sana.
Maka bagi siapa saja dari kalangan ulama yang menyeru atau menulis tentang wajibnya mengikuti Millah Ibrahim, hendaknya tidak membenci imamah pada Daulah Islam hari ini, dan tidak berusaha menghancurkannya atau merusaknya.
Dan hendaknya mereka memahami bahwa Daulah Islam hari ini – dengan apa yang telah Allah
karuniakan kepadanya, berupa penaklukan, tamkin dan menegakkan dien – terhitung sebagai imamah sebenarnya di Irak dan Syam, dan orang yang keluar darinya dan dia akan tetap bersikap seperti ini
dengan izin Allah, walau harus menghadapi berbagai ujian yang berat dalam menjalaninya, hingga memecah satu sama lain.
Dari Abdurrahman bin Abdu Rabb al‐Ka’bah berkata; “Aku memasuki Masjid Al‐Haram, dan ternyata Abdullah bin Amr bin Ash sedang duduk di bawah naungan Ka’bah dan orang‐orang berkumpul di
sekitarnya, lalu aku mendatangi mereka dan duduk di sisinya, lalu dia berkata; ‘Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam dalam sebuah perjalanan, lalu kami singgah di suatu tempat.
Lalu di antara kami ada yang memperbaiki tenda, ada yang berlatih memanah dan ada yang mengurus binatang tunggangan, lalu penyeru Rasulullah mengumandangkan seruan untuk shalat berjamaah, kami pun segera berkumpul kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu berliau bersabda; ‘Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun sebelumku kecuali dia benar‐benar telah menunjukkan kepada kaumnya atas kebaikan yang dia ketahui, dan memperingatkan mereka dari keburukan yang dia ketahui.
Sedangkan umat kalian ini dijadikan keselamatannya pada pendahulunya, sedangkan orang‐orang sesudahnya akan ditimpa bala’ (ujian) dan perkara yang tidak mereka sukai, maka muncullah fitnah
sehingga mereka menghina satu sama lain, lalu muncullah fitnah (ujian) sehingga seorang mukmin akan mengatakan ini adalah kebinasaanku, kemudian fitnah itu tersingkap, lalu datanglah fitnah lainnya dan seorang mukmin mengatakan inilah inilah (yang akan membinasakanku).
Maka siapa yang suka untuk dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka hendaknya dia didatangi kematian dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaknya dia mendatangi orang‐orang yang suka untuk didatangi olehnya, dan siapa yang membai’at seorang imam dan dia memberikan sepenuh tangannya dan sepenuh hatinya maka hendaknya dia menaatinya
sesuai kemampuannya, jika datang seseorang yang ingin mencabutnya maka tebaslah leher orang lain tersebut” (HR. Muslim)
Dan dahulu hadits ini terdengar sangat keras di kalangan salaf, terutama yang berkaitan dengan masalah imamah, dan tentang penjelasan hukum atas siapa yang keluar dari imam‐imam kaum muslimin.
Perawi hadits mengatakan; “Lalu aku mendekatinya dan berkata, Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah, apakah engkau mendengar ini dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ?”
Lalu beliau menunjuk dua telinganya dan dadanya sambil berkata; “Aku mendengarnya dengan kedua telingaku dan aku menyimpannya di dalam hatiku”. Aku berkata; “Ini anak pamanmu, padahal Allah berfirman ((Wahai orang‐orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta sesama kalian dengan cara batil, kecuali karena perdagangan yang kalian lakukan dengan dasar keridhoan, dan janganlah kalian membunuh diri kalin sendiri, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepada kalian)). Dia berkata; ‘lalu dia diam sejenak, kemudian berkata; ‘Taatilah dia dalam ketaatan kepada Allah, dan jangan kalian taati dia dalam maksiat kepada Allah” (HR. Muslim).
Maka sesungguhnya kami akan selalu menaati imam selama dia memerintahkan kami dalam ketaatan Ar‐Rahman, dan jika dia memerintahkan kami dalam kemaksiatan maka kami tidak akan menaatinya. Sungguh akan kami penggal leher orang yang berusaha mencabutnya dari imamah, siapa pun dia, dan sungguh kami akan bersabar atas setiap fitnah dalam hal ini semua, karena pertolongan Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Memberi.
Maka biarkanlah kami menyukai urusan kami, karena kami akan selalu setia atas bai’at kami,
tanpa tawar menawar.
Ya Allah curahkanlah shalawat atas Nabi Muhammad yang memberi kabar gembira dan peringatan,
juga atas keluarga dan shahabatnya semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar