Jika berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah menjadi pelindung agama Islam agar tetap berada di atas prinsip-prinsipnya yang baku dan melindunginya dari orang-orang Islam sendiri yang mencoba mempermainkan ajarannya, maka jihad menjadi penjaga Islam dan pemeluknya dari serangan orang-orang yang memerangi serta menentangnya. Hal ini terkumpul pada satu ayat yang tercantum dalam surat Al-Hadid:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Rosul-Rosul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Alloh mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan Rosul-Rosul-Nya padahal Alloh tidak dilihatnya. Sesungguhnya Alloh Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS. Al-Hadid:25)
Ibnu Taimiyah berkata: “Agama ini tidak akan tegak melainkan dengan Al-Qur’an, keadilan dan besi; Qur’an sebagai petunjuk dan besi sebagai pembelanya” Majmu’ Fatawa (35/36).
Beliau mengulang perkataan ini beberapa kali di beberapa tempat yang sudah saya sebutkan sebelumnya (Al-‘Umdah Fi I’daadil ‘Uddah, penerj.)
Di sini, akan saya sebutkan, Insya Alloh, panduan-panduan prinsip yang menjadi titik tolak dilaksanakannya jihad, berikut tujuan puncak serta urgensinya dalam menjamin keberlangsungan agama ini.
Sebagian panduan ini --- khususnya lima panduan pertama --- merupakan bagian dari aqidah seorang muslim kaitannya dengan ketentuan dan takdir Alloh "Azza Wajallah. Kelima prinsip ini harus diperhatikan betul oleh seorang muslim agar ia mengerti dasar permusuhan dia dengan orang-orang kafir serta tujuan jihad dan perang yang ia lakukan. Kelima prinsip ini bisa juga kita istilahkan sebagai “Akidah Jihad kaum muslimin”.
Pasukan manapun, kafir sekalipun, pasti memiliki keyakinan perang, atas dasar keyakinan itulah ia perangi orang lain (point penting yang harus diperhatikan). Dari sini, perangkat support moral termasuk perangkat terpenting pada pasukan manapun meskipun namanya berbeda-beda. Perangkat inilah yang berperan menanamkan keyakinan dalam jiwa prajurit. Hatta pada pasukan ateis sekuler, mereka juga membuat keyakinan sendiri sebagai landasan yang bersumber dari bisikan-bisikan syetan,
Artinya: “ Tidaklah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma’siat dengan sungguh-sungguh?” (QS. Maryam:83).
Misalnya keyakinan bahwa etnis mereka lebih baik dari etnis lain, mereka ingin menyebarluaskan keyakinan dan kebudayaan mereka kepada manusia. Ada juga doktrin membela tanah air dan bangsa, dan masih banyak kepentingan lain yang mendorong tentara untuk berperang.
Semua keyakinan ini, baik yang diyakini pasukan mukmin maupun kafir, semuanya bermuara kepada satu hal yaitu: menganggap dirinya berada di atas kebenaran sedangkan musuhnya berada di atas kebatilan sehingga ia harus diperangi.
Perhatikan kata-kata ‘Umar bin Khothob radiallahu anhu. kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wasallam pada saat perjanjian Hudaibiyyah, ‘Umar mengatakan: “Bukankah kita berada di atas kebenaran dan musuh kita berada di atas kebatilan ?” Beliau menjawab: “Benar” (HR. Bukhori).
Perhatikan pula keyakinan yang dipegang orang-orang kafir bahwa mereka berada di atas kebenaran, Alloh Ta'alla berfirman:
Artinya: “Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang
hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan
kedudukan kamu yang utama” (QS. Thoha:36).
Adapun kita orang Islam, keyakinan kita tentang landasan jihad dapat diringkas sebagai berikut:
Sesungguhnya Alloh --- Jalla Sya’nuhu --- telah ciptakan semua makhluk dan memerintahkan mereka semua untuk beribadah kepada-Nya, ini adalah perintah syar’i melalui lisan para Rosul-Nya.
Selanjutnya, di antara mereka ada yang beriman serta ada yang kafir, dan memang beginilah yang dikehendaki Alloh 'Azza Wajallah ; Alloh menginginkan makhluk-Nya terbagi menjadi dua kelompok, ada yang beriman dan adapula yang kafir.
Kemudian Alloh 'Azza Wajallah menjadikan salah satu kelompok berkuasa atas kelompok lain. Alloh Ta'alla berfirman:
Artinya: “Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah
kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha Melihat” (QS. Al-Furqon:20).
Maka, Alloh Ta'alla menjadikan orang-orang kafir berkuasa atas orang-orang beriman berdasarkan takdir-Nya, mereka siksa dan perangi orang-orang beriman. Tapi secara syar’i, Alloh 'Azza Wajallah memerintahkan orang beriman untuk menguasai orang-orang kafir dengan menyeru mereka kepada petunjuk (Islam), berikutnya siapa yang membangkang harus diperangi sehingga kalimat Alloh 'Azza Wajallah tinggi dan agama ini semuanya menjadi milik Alloh, sampai agama ini semuanya menjadi milik Alloh, sampai tidak ada lagi yang diibadahi di muka bumi ini selain Alloh Ta'alla saja, tidak ada lagi sekutu bagi-Nya.
Jadi, perseteruan antara mukmin dan kafir pada dasarnya adalah realisasi
dari kalimat Laa ilaaha illallaah sebagaimana sabda Rosululloh Shalallahu 'Alayhi Wasallam :
Artinya: “Aku diperintah memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan Muhammad Rosululloh” (Muttafaqun ‘Alaih).
Beliau juga bersabda,
“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang sampai Alloh sajalah yang diibadahi, satu-satunya dan tiada sekutu bagi-Nya” (HR. Ahmad dari IbnuUmar).
Jadi, jihad adalah sarana untuk merealisasikan tauhid.
Inilah yang dikehendaki Alloh 'Azza Wajallah, Dzat yang Maha Melindungi, Alloh
menghendaki dunia ini menjadi negeri ujian bagi hamba-hamba-Nya untuk memberikan balasan kepada mereka pada hari kiamat sesuai amalan-amalan yang telah mereka kerjakan. Alloh Ta'alla berfirman:
Artinya: “Demikianlah, apabila Alloh menghendaki niscaya Alloh akan membinasakan
mereka tetapi Alloh hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain” (QS. Muhammad:4).
Alloh Ta'alla juga berfirman:
“…serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk jannah dan segolongan masuk naar. Dan kalau Alloh menghendaki niscaya Alloh menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zhalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong” (QS. Asy-Syuuro:7-8).
Baik yang kafir maupun yang mukmin, semuanya adalah makhluk dan hamba Alloh, baik secara sukarela maupun terpaksa. Ubun-ubun mereka ada di tangan-Nya, keputusan-Nya adil atas mereka, kita beriman terhadap qodho dan qodar Alloh, yakin terhadap hikmah-Nya, tunduk terhadap perintah syar’i-Nya, Alloh 'Azza Wajallah Maha Suci lagi Maha Tinggi, tidak ditanya tentang perbuatan-Nya dan merekalah yang akan ditanya…
Barakallahu Fiikum......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar