KONSEP
IMAMAH
(KEPEMIMPINAN)
BERASAL DARI MILLAH IBRAHIM
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Amma ba’du:
Abdullah bin 'Amr (radhiyallahu anhu) meriwayatkan bahwa Nabi (sallallahu 'alaihi w a sallam) bersabda, "Sesungguhnya iman itu akan usang di dalam hati kalian sebagaimana pakaian kalian menjadi usang. Maka mintalah kepada Allah agar memperbaharui iman kalian" Diriwayatkan oleh al‐Hakim dan dia mengatakan bahwa sanad haditsnya hasan.
Allah (subhanahu wa ta'ala) berfirman,
{Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan
yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari Kiamat akan dijelaskan‐Nya kepadamu
Dalam menjelaskan ayat ini, para ulama tafsir menyatakan, "Ini adalah tentang seorang wanita bodoh di Mekah. Setiap kali dia memintal beberapa benang dan membuatnya kuat, dia akan melepaskannya lagi."
Sesungguhnya millah Ibrahim (Alaihissalam) telah benar‐benar kembali muncul dalam jiwa para pemuda muslim muwahhid, mereka meyakininya, mencintainya, menyatakannya secara terang‐terangan, dan menjalankan sesuai syarat‐ syaratnya. Para pemuda muwahhid ini tidak lain hanya mengikuti orang‐orang yang telah mendahului mereka dalam iman, dari kalangan para ulama yang
ilmu dan praktik agamanya dapat dipercaya.
Dengan demikian, para ulama ini membimbing mereka dengan dalil syar'i, kepada hakekat millah yang agung ini, dan menulis sejumlah karya yang mencantumkan namanya, berusaha keras menjelaskan kewajiban untuk mengikutinya dan menyeru orang lain kepadanya.
Hingga hal ini mencapai titik di mana gema millah yang agung ini bergaung di antara pemuda muwahhidin di hampir setiap sudut dunia, termasuk Negara‐ negara Eropa.
Banyak pemuda ini mulai mengajak orang lain untuknya, dan menjadikan hal ini motto mereka, berbicara tentang hal itu dan menjelaskan maknanya dalam masjid‐masjid, Islamic center, dan tempat‐tempat umum. Beberapa bahkan mengungkapkan cinta mereka terhadap millah ini dengan menyanyikan nasyid‐nasyid Islam dalam bahasa Inggris dan berbagai bahasa Eropa lainnya.
Rahasia di balik semua ini ‐ dan Allah yang lebih tahu ‐ adalah bahwa millah ini mampu memuaskan rasa haus dalam jiwa para pemuda ini dan mengembalikan kepercayaan dalam agama dan keyakinan mereka, terutama berkenaan dengan masalah berlepas diri dari orang‐orang kafir dan musyrik (baraa’). Hal ini berbeda dengan mereka yang begitu lama memilih membungkuk dan bersujud patuh terhadap kaum musyirikin, dan kini mereka mulai mencegah orang‐orang yang secara
terbuka memperlihatkan agama mereka (izhharuddien) di tengah‐tengah masyarakat yang berseberangan dengan mereka, dengan dalih bahwa ini adalah demi perdamaian global yang diserukan PBB dan oleh wahyu agama. – beginilah mereka berdusta.
Kemudian setelah itu, sejak waktu yang lama, millah ini telah menderita di dalam jiwa‐jiwa para pendukungnya, oleh hal yang sama yang menimpa iman dalam hati manusia, dan mulai menjadi
compang ‐ camping dan usang sebagaimana pakaian menjadi compang‐camping dan usang.
Hal ini bahkan sampai terjadi pada individu‐individu yang telah menenun “benang” ini, memperkuatnya, menulis tentangnya, dan menyatakan hal ini dengan terang‐terangan, kini berusaha
untuk membatalkannya (mengurainya) dengan tangan mereka sendiri seperti wanita Makkah bodoh itu.
Jadi menjadi tugas kita untuk menghidupkan kembali karakteristik millah ini yang mulai membusuk dalam jiwa manusia, dan mencoba untuk menyadarkan orang‐orang yang berusaha mengurai kembali pintalan mereka yang telah mereka tenun dengan kuat.
Semua ini, dengan harapan semoga Allah akan menerima taubat mereka dan semoga mereka kembali lagi kepada petunjuk yang dahulu mereka di atasnya, mendukung kebenaran dan mengikuti millah ini.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar