PERINTAH ALLAH
KEPADA IBRAHIM
BAGIAN 4:
Ayat yang mulia di atas (QS. Al‐Baqarah [2]:124) ‐ pent, telah menjelaskan, tentang bentuk ‘penyempunaan kalimat’ yang merupakan sebab langsung nabi Ibrahim Alaihissalam meraih posisi imamah, sehingga sangatlah baik jika kalimat yang sama ini, menjadi sebab bagi keturunannya untuk meraih posisi mulia ini.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Firman Allah Ta’ala ((Dengan kalimat‐kalimat)) maknanya adalah dengan syariat‐syariat, perintah‐perintah dan larangan‐larangan, maka kata ‘kalimat’ jika digunakan terkadang maknanya adalah takdir, seperti firman Allah kepada Maryam alaihassalam, ((dan dia
membenarkan kalimat‐kalimat Tuhannya dan kitab‐kitab‐Nya; dan dia termasuk orang‐ orang yang taat.)) (QS. At‐Tahrim: 12),
Dan terkadang juga bermakna syariat, seperti firman Allah Ta’ala: ((Dan telah sempurna
kalimat‐kalimat Tuhanmu dengan benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat ‐Nya”)) (QS. Al‐An’am: 115) yakni syari’at‐Nya, baik itu berupa kabar yang benar, atau tuntutan keadilan jika dia berupa perintah atau larangan.
Dan termasuk dalam hal ini adalah ayat mulia ini ((Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna.)) maksudnya mengerjakannya.
Allah berfirman ((“Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.”))
yakni sebagai balasan atas apa yang telah beliau lakukan.
Sebagaimana beliau telah melaksanakan perintah‐perintah dan menjauhi larangan‐larangan‐Nya, sehingga Allah menjadikan beliau sebagai teladan dan imam yang diteladani dan diikuti jejak langkahnya” (At‐ Tafsir 1:405).
Dan di antara tafsiran kata ‘kalimat’ apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu
anhu; “kalimat yang dengannya Allah menguji Ibrahim lalu beliau menyempurnakannya adalah berpisah dengan kaumnya – di jalan Allah – ketika dia diperintah untuk meninggalkan mereka, dan perdebatannya dengan Namrudz – karena Allah – lantaran sikapnya kepadanya yang melawan yang dia membantahnya, kemudian kesabarannya ketika beliau dilemparkan ke dalam api – karena Allah – atas kemarahan mereka, dan hijrahnya dari negeri‐nya setelah itu – karena Allah – ketika beliau diperintahkan untuk keluar meninggalkan mereka” (Tafsir Ibnu Katsir 1:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar