Selasa, 23 Agustus 2022

FIKIH JIHAD FII SABIILILLAH

 


Jika berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah menjadi pelindung agama Islam agar tetap berada di atas prinsip-prinsipnya yang baku dan melindunginya dari orang-orang Islam sendiri yang mencoba mempermainkan ajarannya, maka jihad menjadi penjaga Islam dan pemeluknya dari serangan orang-orang yang memerangi serta menentangnya. Hal ini terkumpul pada satu ayat yang tercantum dalam surat Al-Hadid:
 
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Rosul-Rosul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Alloh mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan Rosul-Rosul-Nya padahal Alloh tidak dilihatnya. Sesungguhnya Alloh Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS. Al-Hadid:25)

Ibnu Taimiyah berkata: “Agama ini tidak akan tegak melainkan dengan Al-Qur’an, keadilan dan besi; Qur’an sebagai petunjuk dan besi sebagai pembelanya” Majmu’ Fatawa (35/36).

Beliau mengulang perkataan ini beberapa kali di beberapa tempat yang sudah saya  sebutkan sebelumnya (Al-‘Umdah Fi I’daadil ‘Uddah, penerj.)

Di sini, akan saya sebutkan, Insya Alloh, panduan-panduan prinsip yang menjadi titik tolak dilaksanakannya jihad, berikut tujuan puncak serta urgensinya dalam menjamin keberlangsungan agama ini.

Sebagian panduan ini --- khususnya lima panduan pertama --- merupakan bagian dari aqidah seorang muslim kaitannya dengan ketentuan dan takdir Alloh "Azza Wajallah. Kelima prinsip ini harus diperhatikan betul oleh seorang muslim agar ia mengerti dasar permusuhan dia dengan orang-orang kafir serta tujuan jihad dan perang yang ia lakukan. Kelima prinsip ini bisa juga kita istilahkan sebagai “Akidah Jihad kaum muslimin”.

Pasukan manapun, kafir sekalipun, pasti memiliki keyakinan perang, atas dasar keyakinan itulah ia perangi orang lain (point penting yang harus diperhatikan). Dari sini, perangkat support moral termasuk perangkat terpenting pada pasukan manapun meskipun namanya berbeda-beda. Perangkat inilah yang berperan menanamkan keyakinan dalam jiwa prajurit. Hatta pada pasukan ateis sekuler, mereka juga membuat keyakinan sendiri sebagai landasan yang bersumber dari bisikan-bisikan syetan,

Artinya: “ Tidaklah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma’siat dengan sungguh-sungguh?” (QS. Maryam:83).

Misalnya keyakinan bahwa etnis mereka lebih baik dari etnis lain, mereka ingin menyebarluaskan keyakinan dan kebudayaan mereka kepada manusia. Ada juga doktrin membela tanah air dan bangsa, dan masih banyak kepentingan lain yang mendorong tentara untuk berperang.

Semua keyakinan ini, baik yang diyakini pasukan mukmin maupun kafir, semuanya bermuara kepada satu hal yaitu: menganggap dirinya berada di atas kebenaran sedangkan musuhnya berada di atas kebatilan sehingga ia harus diperangi.

Perhatikan kata-kata ‘Umar bin Khothob radiallahu anhu. kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wasallam pada saat perjanjian Hudaibiyyah, ‘Umar mengatakan: “Bukankah kita berada di atas kebenaran dan musuh kita berada di atas kebatilan ?” Beliau menjawab: “Benar” (HR. Bukhori).

Perhatikan pula keyakinan yang dipegang orang-orang kafir bahwa mereka berada di atas kebenaran, Alloh Ta'alla  berfirman:

Artinya: “Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang
hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan
kedudukan kamu yang utama” (QS. Thoha:36).

Adapun kita orang Islam, keyakinan kita tentang landasan jihad dapat diringkas sebagai berikut:

Sesungguhnya Alloh --- Jalla Sya’nuhu --- telah ciptakan semua makhluk dan memerintahkan mereka semua untuk beribadah kepada-Nya, ini adalah perintah syar’i melalui lisan para Rosul-Nya.

Selanjutnya, di antara mereka ada yang beriman serta ada yang kafir, dan memang beginilah yang dikehendaki Alloh 'Azza Wajallah ; Alloh menginginkan makhluk-Nya terbagi menjadi dua kelompok, ada yang beriman dan adapula yang kafir.

Kemudian Alloh 'Azza Wajallah menjadikan salah satu kelompok berkuasa atas kelompok lain. Alloh Ta'alla berfirman:

Artinya: “Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah
kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha Melihat” (QS. Al-Furqon:20).

Maka, Alloh Ta'alla menjadikan orang-orang kafir berkuasa atas orang-orang beriman berdasarkan takdir-Nya, mereka siksa dan perangi orang-orang beriman. Tapi secara syar’i, Alloh 'Azza Wajallah memerintahkan orang beriman untuk menguasai orang-orang kafir dengan menyeru mereka kepada petunjuk (Islam), berikutnya siapa yang membangkang harus diperangi sehingga kalimat Alloh 'Azza Wajallah tinggi dan agama ini semuanya menjadi milik Alloh, sampai agama ini semuanya menjadi milik Alloh, sampai tidak ada lagi yang diibadahi di muka bumi ini selain Alloh Ta'alla saja, tidak ada lagi sekutu bagi-Nya.

Jadi, perseteruan antara mukmin dan kafir pada dasarnya adalah realisasi
dari kalimat Laa ilaaha illallaah sebagaimana sabda Rosululloh Shalallahu 'Alayhi Wasallam :

Artinya: “Aku diperintah memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan Muhammad Rosululloh” (Muttafaqun ‘Alaih).

Beliau juga bersabda,

“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang sampai Alloh sajalah yang diibadahi, satu-satunya dan tiada sekutu bagi-Nya” (HR. Ahmad dari IbnuUmar).
Jadi, jihad adalah sarana untuk merealisasikan tauhid.

Inilah yang dikehendaki Alloh 'Azza Wajallah, Dzat yang Maha Melindungi, Alloh 
menghendaki dunia ini menjadi negeri ujian bagi hamba-hamba-Nya untuk memberikan balasan kepada mereka pada hari kiamat sesuai amalan-amalan yang telah mereka kerjakan. Alloh Ta'alla berfirman:

Artinya: “Demikianlah, apabila Alloh menghendaki niscaya Alloh akan membinasakan
mereka tetapi Alloh hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain” (QS. Muhammad:4).

Alloh Ta'alla juga berfirman:

“…serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk jannah dan segolongan masuk naar. Dan kalau Alloh menghendaki niscaya Alloh menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zhalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong” (QS. Asy-Syuuro:7-8).

Baik yang kafir maupun yang mukmin, semuanya adalah makhluk dan hamba Alloh, baik secara sukarela maupun terpaksa. Ubun-ubun mereka ada di tangan-Nya, keputusan-Nya adil atas mereka, kita beriman terhadap qodho dan qodar Alloh, yakin terhadap hikmah-Nya, tunduk terhadap perintah syar’i-Nya, Alloh 'Azza Wajallah Maha Suci lagi Maha Tinggi, tidak ditanya tentang perbuatan-Nya dan merekalah yang akan ditanya…  

Barakallahu Fiikum......


Senin, 22 Agustus 2022

YANG MENJADIKAN MEREKA KAFIR BUKAN HANYA KEYAKINAN HATI TETAPI DZAHIR YANG NAMPAK JUGA

 


Segala puji hanya milik Allah Rabbul ‘alamiin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi akhir zaman, keluarganya, para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti
jejaknya hingga akhir zaman.

Hudzaifah radliyallahu 'anhu mengatakan: “Hendaklah orang di antara kalian khawatir
menjadi Yahudi atau Nasrani sedangkan ia tidak menyadarinya”. Ya, memang ternyata memang
seperti itu, banyak di antara kaum muslimin, mereka keluar dari Islam ini tanpa mereka sadari.
Ada di antara mereka yang menjadi seorang Nasionalis, demokrat, sekuler, pancasilais serta
paham-paham syirik lainnya yang banyak digandrungi.

Orang-orang yang mana mereka ingin membuat lembaga dakwah atau lainnya di negara
thaghut, akan tetapi thaghut tidak memberikan izin atau pengakuan kecuali bila mereka
mencantumkan falsafah thaghut sabagai dasar/asas lembaga tersebut atau sebagai mata pelajaran
yang wajib dicantumkan, kemudian para pengurus itu menyetujui hal itu secara lisan atau secara
tulisan dengan alasan bahwa mereka ingin menggungkan lembaga tersebut sebagai sarana
dakwah dan mereka dihatinya mengatakan tidak akan merealisasikan apa yang diminta para
thaghut itu, maka mereka itu tetap telah kafir meskipun mereka itu sangat benci kepada falsafah
tersebut dan kepada para thaghutnya, dan meskipun mereka itu mencintai Islam dan kaum
muslimin, sebab kekafiran itu tidak disyaratkan adanya keyakinan hati.

Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata setelah menjelaskan
bahwa orang yang mengucapkan kalimat kemusyrikan adalah kafir meskipun dia itu tidak
meyakini dengan hatinya dan meskipun dia tidak mencintai kekafiran tersebut: Sesungguhnya
orang yang mengucapkannya adalah tidak diudzur meskipun dia menginginkan menunaikan
tujuan yang sangat penting dengannya. Ad Durar As Saniyyah 13/93.

Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah berkata dalam rangka menyebutkan hal-hal yang
membuat orang muslim menjadi murtad: Menampakkan ketaatan dan sikap setuju terhadap kaum
musyrikin atas dien mereka… kemudian beliau menyebutkan: Bahwa yang membuat orang
muslim kafir itu bukanlah hanya keyakinan hati. (Sabiilun Najaah Wal Firaak Min Muwaalatil
murtaddiin Wa Ahlil Isyraak, Majmu’atut Tauhid 201-202.) 

Semoga kita bisa terhindar dari kekafiran yang tidak di sadari, yang mana hal itu banyak terjadi di zaman sekarang ini. Maka perbaharuilah niat, menjauhlah dari golongan orang-orang yang mudah bergaul dalam mencampur adukan antara Al Haq dan Al Bathil. Pilihlah teman yang jujur dalam Dien yang menerapkan Tauhid beserta konsekwensinya yaitu Al Wala Wal Bara secara utuh. Banyaklah berdo'a memohon perlindungan dari Allah Ta'alla agar senantiasa selalu di jaga dari fitnah akhir zaman. 

Barakallahu Fiikum............


Minggu, 21 Agustus 2022

DOA QUNUT NAZILAH UNTUK MUJAHIDIN DAULAH ISLAM.

 


ﺑِﺴْـــــــﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِـــــﻴﻢ

Ketika umat islam didatangi becana, musibah, peperangan, wabah, dll disunahkan bagi umat muslim untuk membaca Doa Qunut Nazilah di dalam shalatnya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membacakan Doa Qunut Nazilah ketika terjadi pembunuhan beramai-ramai kepada 60 orang penghafal al-Quran selama sebulan.

Sesungguhnya Nabi shallallahualaihi wasallam telah membaca doa qunut pada waktu selain dari Subuh ketika turunnya sewaktu pembunuhan sahabat-sahabatnya para penghafal al-Quran. (HR. Bukhari dan Muslim)

Qunut Nazilah boleh dibacakan setiap shalat fardhu 5 waktu jika memang kedatangan bala musibah atau cobaan dari Allah azza wajalla. Adapun untuk bacaan doa qunut nazilah tidak ditentukan bacaannya, meskipun demikian dianjurkan untuk berdoa dengan doa-doa yang ada riwayatnya dan sesuai dengan kondisi dan suasana yang sedang terjadi.

Berikut ini lafazh Qunut Nazilah untuk kaum muslimin di berbagai negeri yang sedang mengalami musibah peperangan seperti di Mosul (Iraq), dan di seluruh negeri kaum muslimin penjuru dunia:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

أَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِأَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ ، الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

أَللَّهُمَّ انْصُرِ الدَّوْلَةَ الْإِسْلَامِيَّةَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهَا وَعَلَى مَنْ عَادَاهَا

أَللَّهُمَّ انْصُرْهَا نَصْرًا مُؤَزِّرًا

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ الِعرَاقِ، وَفِيْ الشَّامِ ، وَفِيْ فِلِسْطِيْنَ،  وَفِي اْليَمَنِ ، وَفِي لِبِيَا، وَفِي الْأَفْغَانِ، وَفِيْ إفْريْقِياَ، وَفِيْ كُلِّ مَكاَنٍ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

  اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ، سَرِيعَ الْحِسَابِ اهْزِمِ الأَحْزَابَ ، اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ

  اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ، مُجْرِيَ السَّحَابِ، هَـازِمِ اْلأَحْزَابِ، اِهزِم الْكُفَّارَ، اِهْزِمِ الْيَهُوْدَ، اِهْزِمِ الْهُنُوْدَ، اِهْزِمْ أَمْرِيْكَا وَمَن وَلاَّ هُمْ ، وَانصُرْنَا عَلَيْهِمْ وَأَرِنَا فِيهِمْ عَجَائِبَ قُدْرَتِكَ، فَإِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُونَكَ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيزُ

اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُوْدِ وَمَنْ هَاوَدَهُمْ وَبِالنَّصَارَى وَمَنْ نَاصَرَهُمْ وَبِالشُّيُوْعِـيِّيْنَ وَمَنْ شَايَعَهُمْ

اَللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابِكَ إِلَـهَ الْحَـقِّ

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ بَأْسَكَ الَّذِيْ لاَ يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ المُجْرِمِيْنَ

 #  أَللَّهُمَّ افْتَحْ بَغْدَادَ لِلْمُوَحِّدِيْنَ. أَللَّهُمَّ افْتَحْ بَغْدَادَ لِلْمُجَاهِدِيْن

َ # أَللَّهُمَّ افْتَحْ الدِمَشْقَ لِلْمُوَحِّدِيْن. أَللَّهُمَّ افْتَحْ الدِمَشْقَ لِلْمُجَاهِدِيْنَ

أَللَّهُمَّ مَكِّنْ لِأَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ دَوْلَته – وَأَهِلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُرْتَدِّيْنَ –

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اللَّهُمَّ لا سَهْلَ إِلا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلا ، وَأَنْتَ إِنْ شِئْتَ جَعَلْتَ الْحَزَنَ سَهْلًا

أَللَّهُمَّ يَسِّرْ أُمُوْرَهُمْ (أَئِمَّة وَجُنُوْد الدَّوْلَةِ الْإِسْلَامِيَّةِ) وَأُمُوْرَ الْمُسْلِمِيْنَ كُلّه

أَللَّهُمَّ فُكَّ قَيْدَ أَسْرَنَا وَأَسْرَ الْمُسْلِمِيْنَ ورُدُّهُمْ إِلَى أَهْلِهِمْ سَالِمِيْنَ

أَللَّهُمَّ أَنْقِذْ عِبَادَكَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِىْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ وَمَغَارِبِهَا

 # رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا وصلّ وسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَنْ سَائِرِاَصْحَابِ نَبِيِّنَا اَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. آمين.

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang

 # Ya, Allah curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, curahkanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia .

Ya Allah, hamba memohon kepada Mu, hamba bersaksi tiada Ilaah kecuali Engkau, satu-satunya tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakan dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya .

Ya Allah, tolonglah Daulah Islam dari yang memusuhi lagi menentangnya .

Ya Allah, tolonglah ia (Daulah Islam) dengan sebenar-benarnya pertolongan 3x .

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami Mujahidin (Orang-orang yang berjihad) di Iraq, Syam, Palestina, Yaman, Libya, Afganistan, Afrika dan setiap tempat… wahai Rabb Semesta Alam .

Ya Allah, yang menurunkan Al-Kitab, Yang maha cepat dalam menghisab: Hancurkan segala golongan (aliansi/koalisi) musuh. Ya Allah, hancurkan mereka dan goncangkan pasukan mereka .

Yaa Allah yang menurunkan Al-Kitab, yang menggerakkan awan, yang telah mengalahkan tentera ahzab, kalahkanlah kuffar, kalahkan Yahudi, kalahkan Hindu, kalahkan Amerika dan sekutu-sekutu mereka, dan tolonglah kami atas mereka, tunjukan pada mereka kekuasaan-Mu wahai Penguasa alam semesta.

Yaa Allah, kami mengadukan Yahudi beserta kroni-kroninya kepada-Mu, Nasrani beserta para pendukungnya, Komunis beserta orang-orang yang sepaham dengannya.

Yaa Allah, tumpahkanlah kepada mereka kebinasaan dan adzab-Mu wahai Tuhan yang Haq.

Yaa Allah, timpakan kepada mereka kesengsaraan yang tak akan tertahankan bagi kaum durhaka.

Ya Allah, taklukan Baghdad bagi hamba-hamba Mu para muwahhidin (orang-orang yang bertauhid), Ya Allah, taklukkanlah Baghdad bagi hamba-hamba Mu para mujahidin .

Ya Allah, taklukan Damaskus bagi hamba-hamba Mu para muwahhidin (orang-orang yang bertauhid), Ya Allah, taklukkanlah Damaskus bagi hamba-hamba Mu para mujahidin.

 # Ya Allah, kokohkan bagi Amirul Mu’minin -untuk kemenangan- daulahnya, dan hancurkan orang-orang kafir lagi murtad itu.

 # Ya Allah, jayakanlah Islam dan kaum muslimin, hinakan syirik dan kaum musyrikin, serta hancurkan musuh-musuhMu dan musuh-musuh agama ini.

Ya Allah, tidak yang mudah kecuali apa yang Engkau menjadikannya mudah. Dan Engkau dapat mengubah yang sulit menjadi mudah bila Engkau kehendaki.

 # Ya Allah, Mudahkanlah urusan mereka (para pemimpin dan tentara Daulah Islam), dan mudahkanlah urusan kaum muslimin seluruhnya .

Ya Allah, bebaskan kami dari tawanan -musuh- dan tawanan muslimin lainnya, dan kembalikan mereka kepada keluarganya dengan selamat .

Ya Allah, Selamatkan orang-orang lemah yang ada ditimur maupun barat.

 # Ya Rabb kami, keluarkanlah kami dari negeri ini, yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.

استجب دعاءنا يا ارحم الراحمين.. وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه ولسلام.. و الحمد لله رب العالمين


Takutlah kepada Allah yang telah berfirman 

ﻣَﻦْ ﻳَﺸْﻔَﻊْ ﺷَﻔَﺎﻋَﺔً ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻧَﺼِﻴﺐٌ ﻣِﻨْﻬَﺎ ۖ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺸْﻔَﻊْ ﺷَﻔَﺎﻋَﺔً ﺳَﻴِّﺌَﺔً ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻛِﻔْﻞٌ ﻣِﻨْﻬَﺎ ۗ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻰٰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻣُﻘِﻴﺘًﺎ

“Barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa)nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’: 85).

Baarakallahu fiikum ... .

والله أعلم




PENTINGNYA DA'WAH TAUHID PADA KELUARGA KITA

 


بِسْـــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِـــــــــيم

01Tentunya kita sangat sayang dan cinta kepada keluarga kita, orang tua tercinta, istri tersayang, anak-anak permata hati dan keluarga lainnya.

02 Tentunya juga kita menginginkan yang terbaik bagi orang lain, lebih-lebih keluarga kita. Karena ini adalah salah satu kesempurnaan iman.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya” (HR. Bukhari)

03 Cara paling baik menginginkan kebaikan kepada keluarga kita adalah dengan cara mengajaknya untuk beribadah kepada Allah, agar bisa masuk surga tertinggi dan berkumpul bersama melihat wajah Allah Ta’ala yang mulia serta terhindar dari neraka.

04 Intinya adalah berdakwah kepada keluarga adalah yang paling utama dan paling diprioritaskan. Sebagaimana kita diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6)

05. Dari semua materi dakwah yang paling prioritas adalah dakwah tauhid yaitu dakwah agar beribadah kepada Allah semata , tidak menyekutukan-Nya dalam ibadah dan dalam hak-hak khusus Allah
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam tatkala mengutus Mu’adz bin Jabal untuk berdakwah ke Yaman,

إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari dan Muslim)

06. Sebagaimana tauhid adalah perintah terbesar dalam agama, maka kebalikannya yaitu syirik adalah larangan terbesar dalam agama. Maka kita juga perlu menjaga diri kita, keluarga dan kaum muslimin dari praktek kesyirikan.

07. Karena dosa kesyirikan jika dibawa mati, yaitu belum bertobat sebelum meninggal maka dosanya tidak akan diampuni dan bisa masuk neraka
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang derajatnya di bawah kesyirikan itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).

08 Jika salah satu saja keluarga kita terjerumus dalam kesyirikan (semoga tidak ada, amin). Tentu kita tidak bisa berkumpul bersama di surga sekeluarga. Karena dosa kesyirikan bisa menyebabkan pelakunya kekal di neraka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72).

09 Jadi, agar bisa berkumpul di surga bersama keluarga dan kaum muslimin, mari kita jaga diri kita, keluarga dan kaum muslimin dari kesyirikan dan kita saling menasehati agar senantiasa bertauhid. Karena tauhid adalah pelajaran seumur hidup dan terus diulang-ulang.

Mari kita lihat teladan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau berusaha menjaga keluarganya dari praktek kesyirikan dan menjaga agar selalu bertauhid. Beliau berdakwah tauhid kepada bapaknya,

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا

"Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya; "Wahai Ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong engkau sedikitpun?”. (Maryam/19:42)

Beliau juga berdakwah dan berdoa agar dirinya dan anak keturuan beliau dijauhkan dari kesyirikan

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَ اجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,"Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (Ibrahim:35).

12. Demikian juga orang-orang shalih pendahulu kita, mereka sangat berusaha menjaga tauhid keluarga mereka dan mencegah dari praktek kesyirikan. Luqman berpesan kepada anak-anaknya,


وَإِذْقَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada waktu memberi pelajaran kepadanya,"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar. " (Luqman:13)

13. Karenanya mari kita jaga diri kita, keluarga yang kita cintai serta kaum muslimin agar senantiasa bertauhid seumur hidup dengan keimanan yang tinggi dan terhindar sejauh-jauhnya dari dosa kesyirikan.

14. Sekali lagi mari kita renungkan, dakwah tauhid di keluarga adalah dakwah prioritas utama jika kita memang sayang kepada keluarga kita. Jika memang orang tua kita masih sering ke dukun dan paranormal, adik masih sering lihat peramalan lewat zodiak perbintangan, kakak masih sering percaya dengan takhayul dan khurafat serta masih memberikan sesajenan. Maka kita usahakan semaksimal mungkin dakwah kepada mereka dengan cara yang lembut dan bijaksana.

15. Semoga Allah menjaga diri kita, keluarga dan kaum muslimin agar senantiasa bertauhid dan dijauhkan dari kesyrikan dan semoga Indonesia menjadi negara bertauhid sehingga Allah melimpahkan keberkahan kepada negara kita, menjadi negara yang makmur, bahagia dan puncak kejayaan dalam naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

_16. Aamiin yaa mujibas saa-iliin (perkenankanlah, wahai Engkau yang mengabulkan doa)

Alhamdulillaahilladzii bini'matihi tatimmush shaalihaat
(Segala puji bagi Allaah yang dengan nikmat-Nya lah segala kebaikan menjadi sempurna)


والله أعلم بالصواب

DAULAH ISLAMIAH IMAMAH SESUNGGUHNYA BAGIAN 5:

 


DAULAH ISLAMIAH
BAGIAN 5: IMAMAH SESUNGGUHNYA


Dari pembahasan sebelumnya, kita ketahui bahwa Daulah Islamiah di Irak dan Syam merupakan yang
paling layak –dengan pertolongan Allah‐ untuk mendapatkan kedudukan imamah secara penuh di tempat mereka berada.

Yang demikian karena Daulah telah melaksanakan perintah Allah –semampu yang dia lakukan‐  dengan sebaik‐baiknya. Mereka menjalankan agama di tempat mereka berkuasa dan terus berusaha sekuat mungkin.

Itu semua setelah Allah mengaruniakan kepada pemimpinnya dengan jihad dan hijrah di jalan‐Nya, di samping atas kemulian nasabnya yang menonjol dan ketajaman akal, serta kedudukan yang tinggi dalam ilmu dan agama.

Maka tidak ada seorang pun, siapa pun dia, yang berhak untuk merobohkan bangunan ini, yang telah bertahun‐tahun dibangun dan ditinggikan oleh orang‐orang jujur dari umat ini. Dan janganlah bermimpi seorang pun, walau dia memiliki keutamaan dan jasa, untuk menjinakkan seorang tentara yang ikhlas, dari tentara‐tentara Daulah Islamiah, untuk mundur dari misinya, demi beralih ke misi lainnya yang penuh syubhat, atau yang lainnya. Bahkan amirul mukminin sendiri tidak berhak hari ini,
untuk memerintahkan pembubaran Daulah Islamiah dan mengembalikan keadaan seperti sebelumnya, (namun yang bisa dilakukan olehnya – menurut salah satu pendapat ulama – ia boleh mengundurkan dirinya sendiri, sehingga ketika itu Ahlul Halli wal Aqdi di Daulah Islamiah akan menunjuk imam yang
baru, dan Daulah Islamiah tetap eksis.)

Allah telah berfirman setelah mengaruniakan kepada Ibrahim Alaihissalam dengan imamah; “Dan barangsiapa yang membenci agama Ibrahim, dia hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh, Kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk
orang‐orang yang saleh” (QS. Al‐Baqarah: 130).

Maka kita ketahui dari bentuk ayat di atas bahwa Imamah merupakan bagian dari Millah Ibrahim, dan orang yang membencinya berarti telah membenci bagian dari millah agung ini. Dan millah adalah jalan yang mesti diikuti secara mutlak, jalan yang telah dipilih oleh Allah bagi Ibrahim dan keturunannya, dan orang‐orang yang setelahnya, dia adalah jalan imamah dengan dua jenisnya bagi siapa yang
mampu ke arah sana.

Maka bagi siapa saja dari kalangan ulama yang menyeru atau menulis tentang wajibnya mengikuti Millah Ibrahim, hendaknya tidak membenci imamah pada Daulah Islam hari ini, dan tidak berusaha menghancurkannya atau merusaknya.

Dan hendaknya mereka memahami bahwa Daulah Islam hari ini – dengan apa yang telah Allah
karuniakan kepadanya, berupa penaklukan, tamkin dan menegakkan dien – terhitung sebagai imamah sebenarnya di Irak dan Syam, dan orang yang keluar darinya dan dia akan tetap bersikap seperti ini
dengan izin Allah, walau harus menghadapi berbagai ujian yang berat dalam menjalaninya, hingga memecah satu sama lain.

Dari Abdurrahman bin Abdu Rabb al‐Ka’bah berkata; “Aku memasuki Masjid Al‐Haram, dan ternyata Abdullah bin Amr bin Ash sedang duduk di bawah naungan Ka’bah dan orang‐orang berkumpul di
sekitarnya, lalu aku mendatangi mereka dan duduk di sisinya, lalu dia berkata; ‘Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam dalam sebuah perjalanan, lalu kami singgah di suatu tempat.

Lalu di antara kami ada yang memperbaiki tenda, ada yang berlatih memanah dan ada yang mengurus binatang tunggangan, lalu penyeru Rasulullah mengumandangkan seruan untuk shalat berjamaah, kami pun segera berkumpul kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu berliau bersabda; ‘Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun sebelumku kecuali dia benar‐benar telah menunjukkan kepada kaumnya atas kebaikan yang dia ketahui, dan memperingatkan mereka dari keburukan yang dia ketahui.

Sedangkan umat kalian ini dijadikan keselamatannya pada pendahulunya, sedangkan orang‐orang sesudahnya akan ditimpa bala’ (ujian) dan perkara yang tidak mereka sukai, maka muncullah fitnah
sehingga mereka menghina satu sama lain, lalu muncullah fitnah (ujian) sehingga seorang mukmin akan mengatakan ini adalah kebinasaanku, kemudian fitnah itu tersingkap, lalu datanglah fitnah lainnya dan seorang mukmin mengatakan inilah inilah (yang akan membinasakanku).

Maka siapa yang suka untuk dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka hendaknya dia didatangi kematian dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaknya dia mendatangi orang‐orang yang suka untuk didatangi olehnya, dan siapa yang membai’at seorang imam dan dia memberikan sepenuh tangannya dan sepenuh hatinya maka hendaknya dia menaatinya
sesuai kemampuannya, jika datang seseorang yang ingin mencabutnya maka tebaslah leher orang lain tersebut” (HR. Muslim)

Dan dahulu hadits ini terdengar sangat keras di kalangan salaf, terutama yang berkaitan dengan masalah imamah, dan tentang penjelasan hukum atas siapa yang keluar dari imam‐imam kaum muslimin.

Perawi hadits mengatakan; “Lalu aku mendekatinya dan berkata, Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah, apakah  engkau mendengar ini dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ?”

Lalu beliau menunjuk dua telinganya dan dadanya sambil berkata; “Aku mendengarnya dengan kedua telingaku dan aku menyimpannya di dalam hatiku”. Aku berkata; “Ini anak pamanmu, padahal Allah berfirman ((Wahai orang‐orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta sesama kalian dengan cara batil, kecuali karena perdagangan yang kalian lakukan dengan dasar keridhoan, dan janganlah kalian membunuh diri kalin sendiri, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepada kalian)). Dia berkata; ‘lalu dia diam sejenak, kemudian berkata; ‘Taatilah dia dalam ketaatan kepada Allah, dan jangan kalian taati dia dalam maksiat kepada Allah” (HR. Muslim).

Maka sesungguhnya kami akan selalu menaati imam selama dia memerintahkan kami dalam ketaatan Ar‐Rahman, dan jika dia memerintahkan kami dalam kemaksiatan maka kami tidak akan menaatinya. Sungguh akan kami penggal leher orang yang berusaha mencabutnya dari imamah, siapa pun dia, dan sungguh kami akan bersabar atas setiap fitnah dalam hal ini semua, karena pertolongan Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Memberi.

Maka biarkanlah kami menyukai urusan kami, karena kami akan selalu setia atas bai’at kami,
tanpa tawar menawar.

Ya Allah curahkanlah shalawat atas Nabi Muhammad yang memberi kabar gembira dan peringatan, 
juga atas keluarga dan shahabatnya semua.

Kamis, 18 Agustus 2022

PERINTAH ALLAH KEPADA IBRAHIM BAGIAN 4

 


PERINTAH ALLAH
KEPADA IBRAHIM
BAGIAN 4:

Ayat yang mulia di atas (QS. Al‐Baqarah [2]:124)  ‐   pent, telah menjelaskan, tentang bentuk ‘penyempunaan kalimat’ yang merupakan sebab langsung nabi Ibrahim Alaihissalam meraih posisi imamah, sehingga sangatlah baik jika kalimat yang sama ini, menjadi sebab bagi keturunannya untuk meraih posisi mulia ini.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Firman Allah Ta’ala ((Dengan kalimatkalimat)) maknanya adalah dengan syariat‐syariat, perintah‐perintah dan larangan‐larangan, maka kata ‘kalimat’ jika digunakan terkadang maknanya adalah takdir, seperti firman Allah kepada Maryam alaihassalam, ((dan dia
membenarkan kalimatkalimat Tuhannya dan kitabkitabNya; dan dia termasuk orang‐ orang yang taat.)) (QS. At‐Tahrim: 12),  

Dan  terkadang juga bermakna syariat, seperti firman Allah Ta’ala: ((Dan telah sempurna
kalimatkalimat Tuhanmu  dengan benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat Nya”)) (QS. Al‐An’am: 115) yakni syari’at‐Nya, baik itu berupa kabar yang benar, atau tuntutan keadilan jika dia berupa perintah atau larangan.

Dan termasuk dalam hal ini adalah ayat mulia ini ((Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna.)) maksudnya mengerjakannya.
Allah berfirman ((“Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.”))
yakni sebagai balasan atas apa yang telah beliau lakukan.

Sebagaimana beliau telah melaksanakan perintah‐perintah dan menjauhi larangan‐larangan‐Nya, sehingga Allah menjadikan beliau sebagai teladan dan imam yang diteladani dan diikuti jejak langkahnya” (At‐ Tafsir 1:405).

Dan di antara tafsiran kata ‘kalimat’ apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu
anhu; “kalimat yang dengannya Allah menguji Ibrahim lalu beliau menyempurnakannya adalah berpisah dengan kaumnya – di jalan Allah – ketika dia diperintah untuk meninggalkan mereka, dan perdebatannya dengan Namrudz – karena Allah – lantaran sikapnya kepadanya yang melawan yang dia membantahnya, kemudian kesabarannya ketika beliau dilemparkan ke dalam api – karena Allah – atas kemarahan mereka, dan hijrahnya dari negeri‐nya setelah itu – karena Allah – ketika beliau diperintahkan untuk keluar meninggalkan mereka” (Tafsir Ibnu Katsir 1:


EMPAT KAIDAH DASAR TAUHID

 


Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah berkata:
Aku memohon kepada Allah Yang Mulia Rabb pemilik Arasy yang agung, semoga Dia melindungimu di dunia dan di akhirat, serta menjadikan dirimu diberkahi dimana pun engkau berada. Aku juga memohon kepada-Nya supaya menjadikan dirimu termasuk di antara orang-orangyang bersyukur apabila diberi kenikmatan, bersabar ketika tertimpa cobaan, dan meminta ampunan tatkala terjerumus dalam perbuatan dosa, karena ketiga hal itulah tonggak kebahagiaan.

Ketahuilah –semoga Allah membimbingmu untuk menaati-Nya— sesungguhnya al-hanifiyyah (ajaran lurus) yaitu agama yang diajarkan Nabi Ibrahim adalah engkau
beribadah kepada Allah semata dengan mengikhlaskan agama (amal) untuk-Nya.

Sebagaimana Allah berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56).

Apabila engkau telah mengetahui bahwa Allah menciptakanmu untuk beribadah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ibadah tidaklah disebut bernilai ibadah kecuali apabila disertai dengan tauhid. Sebagaimana halnya shalat yang tidak bisa disebut shalat apabila tidak disertai dengan at-thaharah (kondisi suci). Maka apabila syirik menyusupi suatu ibadah, niscaya ibadah itu menjadi rusak. Sebagaimana najis menghinggapi orang yang sudah bersuci.

Apabila engkau sudah mengetahui bahwa apabila syirik menyusupi ibadah, maka ia akan menghancurkan ibadah tersebut dan menghapuskan amal, bahkan si pelakunya menjadi tergolong penghuni kekal di neraka, maka kini engkau telah mengetahui bahwa perkara terpenting bagimu adalah mengetahui hal itu. Mudah-mudahan Allah menyelamatkan dirimu dari perangkap ini; yaitu kesyirikan terhadap Allah. Allah Ta’ala berfirman tentang syirik,

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia akan mengampuni dosa di bawah tingkatan syirik yaitu bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya.” (An Nisaa`: 48)

Dan hal itu akan mudah engkau pahami dengan mempelajari empat kaidah dasar yang disebutkan Allah Ta’ala di dalam Kitab-Nya :

Kaidah Pertama: Hendaknya engkau mengerti bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah Saw, mereka mengakui bahwa Allah Ta’ala adalah Sang Pencipta (Al-Khaliq) dan Pengatur segala urusan (Al-Mudabbir).

Namun pengakuan mereka ini tidaklah membuat mereka tergolong sebagai orang Islam. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala : 

“Katakanlah, Siapakah yang memberikan rezeki kepada kalian dari langit dan bumi. Atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan. Dan siapakah
yang mampu mengeluarkan yang hidup dari yang mati serta mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dan siapakah yang mengatur segala urusan, maka pasti mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Maka katakanlah, ‘Lantas mengapa kalian tidak mau bertakwa?’” (Yunus: 31)

Kaidah Kedua: Orang-orang musyrik itu mengatakan, “Kami tidaklah berdoa kepada mereka (sesembahan selain Allah, Edt.) dan menggantungkan harapan kepada mereka
melainkan hanya dalam rangka mencari kedekatan diri (kepada Allah) dan untuk mendapatkan syafaat.”

Dalil yang menunjukkan bahwa mereka mencari kedekatan diri adalah firman Allah Ta’ala: 

“Dan orang-orang yang mengangkat selain-Nya sebagai penolong (sesembahan, pen)
beralasan, ‘Kami tidaklah beribadah kepada mereka kecuali karena bermaksud agar mereka bisa mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah pasti akan memberikan keputusan di antara mereka terhadap perkara yang mereka perselisihkan itu. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang gemar berdusta dan suka berbuat kekafiran.” (Az-Zumar: 3)

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa mereka juga mengharapkan syafaat adalah firman Allah Ta’ala: 

“Dan mereka beribadah kepada selain Allah; sesuatu yang sama sekali tidak mendatangkan bahaya untuk mereka dan tidak pula menguasai manfaat bagi mereka. Orang-orang itu beralasan, ‘Mereka adalah para pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah kelak.’.” (Yunus: 18)

Syafaat ada dua macam :

Syafaat yang ditolak dan syafaat yang ditetapkan.

Syafaat yang ditolak adalah syafaat yang diminta kepada selain Allah dalam urusan yang hanya dikuasai oleh Allah.

Dalil tentang hal ini adalah firman Allah Ta’ala : 

“Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah sebagian rezeki yang Kami berikan kepada kalian sebelum tiba suatu hari yang pada saat itu tidak ada lagi jual beli, persahabatan, dan syafa’at. Sedangkan orang-orang kafir, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 254)

Syafaat yang ditetapkan adalah syafaat yang diminta kepada Allah. Orang yang diperkenankan memberikan syafaat berarti mendapatkan kemuliaan dari Allah dengan syafaat tersebut. Adapun orang yang akan diberi syafaat adalah orang yang ucapan dan perbuatannya diridhai Allah, dan hal itu akan terjadi setelah mendapatkan izin (dari Allah).

Hal ini sebagaimana Allah berfirman, 

“Lalu siapakah yang bisa memberikan syafa’at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya?”
(Al-Baqarah: 255)

Kaidah Ketiga: Nabi Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wasalam muncul di tengah-tengah masyarakat yang memiliki peribadatan beraneka ragam. Di antara mereka ada yang beribadah kepada malaikat. Ada pula yang beribadah kepada para nabi dan orang-orang saleh. Ada juga di antara mereka yang beribadah kepada pohon dan batu. Dan ada pula yang beribadah kepada matahari dan bulan. Dan mereka semua sama-sama diperangi oleh Rasulullah Saw tanpa sedikitpun membeda-bedakan di antara mereka. Dalil tentang hal ini adalah firman Allah Ta’ala: 

“Dan perangilah mereka semua hingga tidak ada lagi fitnah (syirik) dan agama (amal) semuanya hanya diperuntukkan kepada Allah.” (Al-Anfaal: 39)

Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada matahari dan bulan adalah firman-Nya: 

“Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah malam dan siang, matahari dan bulan, maka janganlah kamu sujud kepada matahari ataupun bulan. Akan tetapi sujudlah kamu kepada Allah yang menciptakan itu semua, jika kamu benar-benar beribadah hanya kepada-Nya.” (Fushshilat: 37)

Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada para malaikat adalah firman Allah Ta’ala: 

“Dan Allah tidak menyuruh kamu untuk mengangkat para malaikat dan nabi-nabi sebagai sesembahan.” (Ali ‘Imran: 80)

Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada para nabi adalah firman-Nya:

“Ingatlah ketika Allah berfirman, 'Wahai Isa putera Maryam, apakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua sosok sesembahan selain Allah’? Maka Isa berkata, ‘Maha Suci Engkau ya Allah, tidak pantas bagiku untuk berucap sesuatu yang bukan menjadi hakku. Apabila aku mengucapkannya
tentunya Engkau pasti mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, dan aku sama sekali tidak mengetahui apa yang ada di dalam diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang gaib’.” (Al-Maa’idah: 116)

Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada orang-orang saleh adalah firman-Nya: 

“Sosok-sosok yang mereka seru justru mencari wasilah kepada Rabb mereka; siapakah
di antara mereka yang lebih dekat, dan mereka juga sangat mengharapkan curahan rahmat-Nya dan merasa takut dari azab-Nya.” (Al-Israa`: 57)

Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada pohon dan batu adalah firman-Nya: 

“Kabarkanlah kepada-Ku tentang Latta, ‘Uzza, dan juga Manat yaitu sesembahan lain
yang ketiga.” (An-Najm: 19-20)

Demikian juga ditunjukkan oleh hadits Abu Waqid Al-Laitsi Radiallahu 'Anhu, dia menuturkan, “Ketika kami berangkat bersama Rasulullah Saw menuju Hunain. Ketika itu kami masih dalam keadaan baru keluar dari agama kekafiran. Orang-orang musyrik ketika itu memiliki sebatang pohon yang mereka jadikan sebagai tempat itikaf dan tempat khusus untuk menggantungkan senjata-senjata mereka. Pohon itu disebut Dzatu Anwath. Ketika itu, kami melewati pohon tersebut. Lalu kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath seperti Dzatu Anwath yang mereka miliki.’ Rasulullah Saw bersabda, 

‘Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian telah mengatakan sesuatu sebagaimana yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa: ‘Jadikanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka memiliki sesembahan-sesembahan. Musa berkata:
Sesungguhnya kalian adalah kaum yang bertindak bodoh.’” (Al-A’raaf: 138)

Kaidah Keempat: Orang-orang musyrik pada masa kita justru lebih parah kesyirikannya daripada orang-orang musyrik zaman dulu. Sebab orang-orang musyrik masa lampau hanya berbuat syirik di kala lapang, dan mereka beribadah (berdoa) dengan ikhlas di kala sempit. Adapun orang-orang musyrik di masa kita melakukan syirik secara
terus-menerus, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. 

Dalil adalah firman Allah Ta’ala :

“Apabila mereka sudah naik di atas kapal (dan diterpa ombak yang hebat) maka
mereka pun menyeru (berdoa) kepada Allah dengan penuh ikhlas mempersembahkan amalnya. Namun setelah Allah selamatkan mereka ke daratan, tiba-tiba mereka kembali
berbuat kesyirikan.” (Al-‘Ankabuut: 65)

***
Selesai perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab,
semoga Allah merahmatinya dan memberi balasan dengan
sebaik-baik balasan.
Selesai, segala puji bagi Allah.





FIKIH JIHAD FII SABIILILLAH

  Jika berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah menjadi pelindung  agama Islam agar tetap berada di atas prinsip-prinsipnya yang baku dan...